Jumat, 20 April 2007

Membongkar Rahasia Dunia dengan Berkreatifitas

Sifat hakiki dari setiap manusia adalah perasaan yang tak pernah puas. Sudah tamat dari SD, ingin masuk ke SMP, tamat dari SMP ingin masuk SMA, tamat dari SMA ingin Kuliah lagi dan seterusnya meniti ke jenjang yang lebih tinggi, tapi perlu diingat bahwa sifat yang tak pernah puas itu tidak boleh disama artikan dengan ikatan konsumerisme, sebab konsumerisme itu cenderung bersifat negatif.


 


Pada masa kini, manusia berlomba untuk mendapatkan sesuatu hal yang terbaru, rasanya menginjakkan kaki di bulan sudahlah hal yang biasa, khususnya bagi negara-negara yang sudah berkembang, seperti Rusia, Amerika Serikat, Jepang dan lain sebagainya. Bagaimana dengan Indonesia? Tentu tidak. Faktanya, Indonesia masih tetap dalam tahap perencanaan dalam problema ini. Apakah hal ini akan mencapai garis finish? Apakh masyarakat Indonesia masyarakat pilihan Tuhan? yaitu puas dengan apa yang telah dimilikinya.


 




Segala sesuatu mempunyai tahapan, begitulah Indonesia mulai dari pendahulunya atau lazim disebut mulai dari nenek moyangnya telah menapaki tahap demi tahap, ‘tongkat estafet’ selalu diberikan kepada generasi baru, tapi kerap kali para generasi baru yang memegang ‘tongkat estafet’ itu lalai, sehingga kesempatan untuk berkembang makin merosot. Faktor yang dominan penyebab masalah itu adalah malas. Mengapa masyarakat Indonesia malas? Apa memang benar bangsa Indonesia itu bangsa pilihan Tuhan? yakniu puas akan apa yang telah dimilikinya, sebab adanya rasa malas itu cenderung atau dominan disebabkan oleh adanya rasa puas. Padahal sifat hakiki manusia adalah tak pernah puas.

 


Akhir-akhir ini banyak dari pejabat kita merangsang naluri kreatifitas masyarakat Indonesia, yaitu dengan melaksanakan dan diadakannya perlombaan-perlombaan mulai dari anak-anak sampai ke masyarakat dewasa dalam banyak bidang, seperti dalam bidang menulis. Tapi sepertinya masyarakat Indonesia seakan tidak peduli akan keberlangsungan kegiatam ini. Realita ini didukung oleh pendapat dari mantan Presiden Indonesia, Megawati Soekarno Putri mengatakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa pinutur sebab dibandingkan dengan negara Malaysia yang berpenduduk lebih sedikit dari Indonesia dapat mengarang dan menerbitkan buku lebih banyak dari negara Indonesia.


 


Dalam menghadapi dan mengatasi problema ini sangat dibutuhkan bantuan dari orang yang benar-benar kreatif. Kita tak perlu terlalu ambisius akan keberhasilan seseorang,cukup menjadikan seseorang yang telah berhasil dalam hidupnya menjadi idola kita,dan dengan itu besar kemungkinannya kita menjadi termotivasi untuk mengikuti jejaknya. Kreatif adalah salah satu jawaban dari keberhasilan kita. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kreatif berarti, memiliki daya cipta, mempunyai kemampuan untuk mencipta dan bersifat mencipta, semua manusia memiliki kretifitas, maka tentunya juga semua orang dapat mencipta. Sangat baik apabila kita menjadi idola kecil-kecilan di dalam komunitas kita, untuk apa kita hanya mengagung-agungkan sang idola kita. Jika kita sudah menjadi idola kecil-kecilan di dalam komunitas, kita makin terdorong untuk mencapai dan menemukan siapa diri kita yang sebenarnya, lewat kreatifitas itu kita dapat menunjukkan siapa diri kita sebenarnya, lewat kratifitas itu kita dapat mengembangkan potensi kita itu yang nantinya dengan potensi itu kita dapat memenuhi arti kreatifitas yaitu memiliki daya cipta. Bagaimanapun juga kratifitas itu sangat didukung oleh keberadaan sarana dan prasarana. Jika ada bacaan harian seperti koran, gunakanlah semaksimal mungkin sebab dari bacaan harian tersebut kita dapat memperoleh banyak informasi yang dapat kita gunakan sebagai sumber-sumber dalam dunia tulis. ingatlah pernyataan yang mengatakan rahasia dunia akan terungkap dengan berdaya membaca. Dengan kekreatifan kita membaca kita dapat membongkar rahasia dunia.


 


Memang sudah banyak rahasia dunia kita ini sudah banyak terungkap. Tapi itu semua belum seberapa dibandingkan rahasia- rahasia yang belum terungkap. Didalam rumah kita saja terdapat beribu-ribu rahasia. Apalagi di dunia ini. Coba bayangkan W.R. Soepratman hanya menggabungkan tujuh jenis angka, tercipta sebuah lagu dan rahasia duniapun terungkap. Coba perhatikan lagi, W.S.Rendra, menciptakan banyak puisi, hanya bermainkan 26 huruf, rahasia dunia pun terungkap, dan masih banyak lagi contoh lain. Nah, sekarang apakah kita mau membuka atau membongkar rahasia dunia? Jangankan W.R Soepratman dengan tujuh jenis angkanya dan W.S Rendra dengan 26 jenis hurufnya kitapun dapat membongkar rahasia dunia hanya memainkan butiran-butiran debu di sekeliling kita. Lihatlah pengalaman alami pembuat obat gigitan dari lipan itu. kita tak usah jauh-jauh akan hal itu, bagaimana kalau kita mulai dengan hal yang kecil saja misalnya dalam budaya atau kreatif membaca, sebab didalam objek yang kita baca, belum tertutup kemungkinannya masih ada kesalahan, jika kita menemukan kesalahan itu kita dapat memperbaikinya sehingga kitapun menjadi pembaharu dan satu rahasia duniapun telah kita bongkar. Dengan kreatif kita dapat menjelajah dunia dan mengembangkan derjat kita akan derjat kelompok kita. Berkreatifitas adalah kunci atau jembatan untuk menjelajah dunia.


 


Riduan P. Situmorang de Syntaksis-A 2006/2007


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INFORMASI TENTANG DAFTAR ULANG MASUK SEMINARI MENENGAH CHRISTUS SACERDOS PEMATANG SIANTAR TP.2024/2025

Salam sejatera bagi kita semuanya. Salam sehat.🙏 Bapak/Ibu serta calon seminaris yang terkasih, pada kesempatan ini, kami pihak Seminari Me...