Minggu, 26 Oktober 2008
Botou...., oh Botou....
Selain menampilkan kebolehannya dalam mementaskan drama karya sutradara Kh. Ibra Harahap ini, para seminaris juga akan mempertunjukkan jiwa seninya melalui seni musik yang ditangani oleh bapak Panjotik Silaen dan bapak Fernandus Sinaga. Hmmm, bagi anda yang gemar marmitu, akan ada sebuah kejutan bagi anda nanti malam. Apa kejutannya? Yang jelas jika sudah diberitahu sebelumnya pasti bukan kejutan lagi namanya.
Jadi, bagi anda para pencinta budaya, khususnya budaya Simalungun, malam ini Seminari Menengah Pematangsiantar Christus Sacerdos, yang didukung oleh SMA Budi Mulia dan SMA Bintang Timur , akan mencoba memuaskan dahaga anda akan kehadiran budaya tradisional.
Selamat menyaksikan persembahan kami, horas ma bai na siam!!! (paunk)
Rabu, 01 Oktober 2008
KRONIK: Juli-Desember 2017
Selasa, 30 September 2008
QUO VADIS SISWA LULUSAN TA 2007/2008?
Nama : Aditius Tigor Purba
Asal paroki : St. Fransiskus Asisi, Saribu Dolok
Tempat, tanggal lahir : Tanjung Karang, 13 February 1989
Kelas : Poesis IPS
Pilihan : Projo KAM
Motto : Tuhan adalah pelindungku dan aku hidup dalam naunganNya.
Nama : Daniel Munthe
Asal paroki : St. Maria Tj. Selamat, Medan
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 20 April 1989
Kelas : Poesis IPS
Pilihan : AWAM
Motto : Berikanlah yang terbaik selagi engkau masih bisa hidup.
Nama : Fransiskus Mario Ginting
Asal paroki : Kabanjahe, St. Maria diangkat ke Surga
Tempat, tanggal lahir : Suka, 5 April 1989
Kelas : Poesis IPS
Pilihan : OFM Conventual
Motto : Berusahalah selagi masih bisa.
Nama : Harry Purba
Asal paroki : Pematang Purba, 14 April 1989
Tempat, tanggal lahir : Saribu Dolok
Kelas : Poesis IPS
Pilihan : Projo KAM
Motto : Jangan mau menjadi IDOLA (Idiot, dongok, Lamban Otak).
Nama : Jameslin Damanik
Asal paroki : St. Fransiskus Asisi
Tempat, tanggal lahir : Sari jandi, 4 Maret 1989
Kelas : Poesis IPS
Pilihan : Projo KAM
Motto : Nikmatilah hidup
Nama : Juan Boy Siboro
Asal paroki : St. Fidelis, Parapat
Tempat, tanggal lahir : Parapat, 19 Desember 1988
Kelas : Poesis IPS
Pilihan : Kapusin
Motto : Berserahlah pada Tuhan, dan biarlah dia bekerja dalam dirimu.
Nama : Jimmy Petrus Tamba
Asal paroki : Paroki Pangunguran
Tempat, tanggal lahir : Sibolga, 24 Mei 1989
Kelas : Poesis IPS
Pilihan : AWAM
Motto : Nikmatilah hidup dengan penuh kesetiaan.
Nama : Jekson Sitanggang
Asal paroki : St. Michael, Pangunguran
Tempat, tanggal lahir : Pangunguran, 21 Oktober 1989
Kelas : Poesis IPS
Pilihan : OFM Cap
Motto : Katakanlah kepada dirimu “Aku pasti mampu”
Nama : Liman Manalu
Asal paroki : St. Paulus, Pekanbaru
Tempat, tanggal lahir : Pasarambasang, 7 January 1988
Kelas : Poesis IPS
Pilihan : Projo Padang
Motto : Jangan berpikir untuk bisa merubah orang lain kalau dirimu tidak bisa berubah.
Nama : Masro Antonius Situmorang
Asal paroki : Pakkat
Tempat, tanggal lahir : Manduamas, 17 January 1989
Kelas : Poesis IPS
Pilihan : Kapusin
Motto : where there is life, there is hope
Nama : Marganda Purba
Asal paroki : St. fransiskus Asisi, Saribudolok
Tempat, tanggal lahir : Purba Saribu Haranggaol, 27 Mei 1989
Kelas : Poesis IPS
Pilihan : OFM Cap
Motto : Sekali kalah dalam tantangan selamanya anda akan kehilangan untuk tantangan ini.
Nama : Marganda Purba
Asal paroki : St. Fransiskus Asisi, Saribudolok
Tempat, tanggal lahir : Purba Saribu, Saribu Dolok
Kelas : Poesis IPS
Pilihan : OFM Cap
Motto : Sekali kalah dalam tantangan selamanya anda akan kehilangan kesempatan untuk tantangan itu.
Nama : Natalius Tarigan
Asal paroki : Kabanjahe
Tempat, tanggal lahir : Dokan, 25 Desember 1987
Kelas : Poesis IPS
Pilihan : Projo KAM
Motto : Rahasia kejayaan adalah mengetahui perkara yang orang lain tidak tahu.
Nama : Paulus Salvatore Sinaga
Asal paroki : Medan Timur
Tempat, tanggal lahir : Medan, 30 September 1989
Kelas : Poesis IPS
Pilihan : OFM Cap
Motto : ADIDAS (All Days I Dream About Savior)
Nama : Petrus Hamonangan Sidabalok
Asal paroki : St. Fransiskus Asisi, Saribudolok
Tempat, tanggal lahir : Purba Saribu, 27 September 1989
Kelas : Poesis IPS
Pilihan : Oblat Maria Imakulata (OMI)
Motto : Vivere sine amicis non bonum est, sed melius si eicunt (Hidup tanpa sahabat memang tak baik tapi lebih tidak baik jika sahabat itu menghancurkan).
Nama : Prian Donie Manalu
Asal paroki : Maria Pertolongan Orang Kristen, Sidikalang.
Tempat, tanggal lahir : Sidikalang, 18 January 1989
Kelas : Poesis IPS
Pilihan : Projo Padang
Motto : Konsistenlah dengan pilihanmu!!!
Nama : Riduan Pebrialdi Situmorang
Asal paroki : St. Fidelis, Doloksanggul.
Tempat, tanggal lahir : Simandangun, 31 Desember 1989
Kelas : Poesis IPS
Pilihan : Projo KAM
Motto : Aku adalah aku.
Nama : Yonifer H. Pasaribu
Asal paroki : St. Fidelis, Parapat
Tempat, tanggal lahir : Pematangsiantar, 13 January 1989
Kelas : Poesis IPS
Pilihan : Carmelit
Motto : Saat Anda mengalami masalah yang kemungkinan sulit untuk diatasi walupun sudah perjuangan terakhir Anda, yakinlah satu-satunya senjata ampuh adalah “DOA”.
Nama : Andika Ferdinandus Tarigan
Tempat, tanggal lahir : Kutabuluh, 17 Oktober 1989
Asal Paroki : St. Fransiskus Asisi, Tigabinanga
Kelas : POESIS IPA
Pilihan : Projo KAM
Motto : Before you start to do what you want, it will never be reached.
Nama : Erkwan Martinus Sigalingging
Tempat, tanggal lahir : Sibolga, 12 Agustus 1989
Asal Paroki : Medan Timur
Kelas : Poesis IPA
Pilihan : Projo KAM
Motto : Tak ada yang seputih salju, tak ada yang sehebat CINTA.
Nama : Friston Saragih
Tempat, tanggal lahir : Haranggaol, 13 Mei 1989
Asal Paroki : St. Fransiskus Asisi, Seribudolok
Kelas : Poesis IPA
Pilihan : Awam aja deh…
Motto : Before you begin your activities, let’s pray and take a Smile.
Nama : Marzelmus Jhon Liberty Petrus Girsang
Tempat, tanggal lahir : Medan, 24 Juni 1989
Asal Paroki : Tanjung selamat
Kelas : Poesis IPA
Pilihan : Projo KAP (Keuskupan Agung Palembang)
Motto : Berikanlah apa yang dapat kamu berikan hari ini kepada Tuhan, Sesama, dan dirimu sendiri.
Nama : Nuthobe Manurung
Tempat, tanggal lahir : Medan, 21 September 1989
Asal Paroki : Padang bulan, Medan
Kelas : Poesis IPA
Pilihan : Serikat Xaverian (SX)
Motto : Don’t’ be afraid, because the lord be with all always.
Nama : Riduan Jesse Sinaga
Tempat, tanggal lahir : Sibuntuon, 5 Juni 1989
Asal Paroki : St. Fransiskus Asisi, Saribudolok
Kelas : Poesis IPA
Pilihan : Projo Padang
Motto : Take it easy aja…!
Nama : Rudolf Capah
Tempat, tanggal lahir : Bangun, 14 November 1989
Asal Paroki : Paroki Sidikalang
Kelas : Poesis IPA
Pilihan : Karmelit (O’Carm)
Motto : Jalanilah hari-harimu dengan senyum dan semangat dan menangislah bila hatimu ingin menangis.
Nama : Rafael Sidabutar
Tempat, tanggal lahir : Pematangsiantar, 11 Juli 1989
Asal Paroki : Siantar III
Kelas : Poesis IPA
Pilihan : Mewarta tanpa ikatan ordo
Motto : Don’t let the day go by in doubt.
Nama : Risky Yakob Purba
Tempat, tanggal lahir : Kisaran, 17 Juni 1989
Asal Paroki : Sakramen Mahakudus, Kisaran
Kelas : Poesis IPA
Pilihan : OFM. Kapusin, Medan
Motto : Tersenyum dan tertawalah. Soalnya kedua aktivitas ini mempunyai efek kesehatan yang sangat ampuh. Dapat mengubah suasana hati dan terpenting, saat anda bahagia, anda akan terlihat begitu seksi.
Nama : Salestinus Sinaga
Tempat, tanggal lahir : Palipi, 17 Juni 1989
Asal Paroki : St. Fransiskus Asisi, Palipi
Kelas : Poesis IPA
Pilihan : OFM. Kapusin, Medan.
Motto : Akhiri dengan indah.
Senin, 29 September 2008
PUISI: NISTA
NISTA
Cah’ya terang kini terkatub badai kegelapan
Namun, kuhanya terduduk tertindas kepedihan
Kekerasan mewarnai gejolak aurah jiwa
Yang menjadi kepuasan batin belaka
Tapi……..
Pantaskah Nista itu menaungi jiwa-jiwa?
Cacat-cacat cela masuk lewat perbuatan nista
Merobek suara tangisan hati
Dan aku……..
Terdiam terselimuti dunia keji
Seberapa besarkah kemurahan hatimu?
Dunia keji mengatup tertunduk lesu
Tatapan wajah memandang ke arahku
Mengeram dendam, melahirkan nista
Mampukah aku menahan sakitku?
Dendam……
Dengki…….
Nista…….
Bukanlah kehidupan semata
Gery Valens Rejendi
Probatorium A 2007/2008
PUISI: MATI
MATI
Sudah berjam-jam aku di sini
Lama sudah…..
Kuterjongkok menanti gerak
Namun tak kunjung hadir
Tak ada nyali aksi
Lolongan manusia melarat
Harapkan serpih-serpih kepedulian
Dari mereka yang diberi kehormatan
Yang senang mencabik jiwa-jiwa melarat
Hening jiwa tercabik jadinya
Ketika lolongan dibalas cibiran
Tak peduli hati yang tersayat
Hanya tau harga dan wibawa
Hei manusia laknat!
Aku tahu kita beda harga
Engkau mahal, aku murah, murahan….
Hanya tahu nyawa sabung nyawa
Tanpa pengorbanan semata
Patrisius Doli
Gramatika B 07/08
PUISI: TAK KUASA KU MEMANDANG
TAK KUASA KU MEMANDANG
Jika dendam membara…….
Diam membisu tanpa kata
Kata terpecah tak bicara
Gemetar rasanya membanta
Bila sentak gertakan melanda
Fisik tak kuat menahan serasa
Hanya tatapan mata memohon seraya
Adakah kecupan dan belaian mesra?
Atau……….
Pelampiasan dendamkah itu?
Kenapa…….
Ku tlah terkata oleh
Keras bak batu, tinggi bagai langit
Biarlah ini hadir menyapa jiwaku
Tuk harapan yang tlah sirna…
Yohanes Win Hendri
Probatorium A
BAHASA LATIN: NIHIL SINE LABORE
CERPEN: DI SANA MEREKA MERASAKANNYA
DI SANA MEREKA MERASAKANNYA
Angin pagi yang sejuk dan terpaan bau-bauan yang segar dari rumput-rumput yang basah menyambut langkah Deva yang baru saja turun dari kamar tidurnya, ditambah suasana merdu burung pipit yang bersarang di pepohonan sekitar halaman asrama itu. Seperti biasanya, sebelum mandi Deva harus memulai senam sederhana dengan beberapa gerakan yang diciptakannya. Setelah cukup melenturkan yang semalaman kaku, barulah Deva bergegas ke kamar mandi.
Dua tahun yang lalu, setelah Deva lulus dari SMP, ia memilih untuk tinggal di asrama melanjutkan masa pendidikannya di bangku SMA. Kini Deva telah memduduki dan melewati tahun kedua di asramanya dan juga di sekolahnya.
Selesai bersiap diri dari kamar tidur, saatnya bagi seluruh isi asrama untuk menghadap ruang makan, tentunya untuk sarapan pagi. Selama acara makan berlangsung, tiba-tiba pikiran Deva melayang mencoba memutar kembali ucapan Dami dua hari yang lalu ketika mereka berkumpul bersama di ruang kelas.
“Dev, kamu harus tegas dong dalam hal ini. Masa sih kita jadi disepelekan oleh anak-anak baru itu!” Dami berujar dengan nada emosi yang sedang menggelora dalam hatinya. Memang, emosinya tidak ditujukan kepada Deva, melainkan pada anak-anak baru yang sering membuat ulah di asrama. Antara Dami dan Deva memang telah terjalin hubungan persaudaraan, Dan bukan hanya mereka, tetapi seluruhnya yang bergabung dalam kelas II IPA. Sehingga segala tindakan yang akan dilakukan harus disetujui oleh semua personil kelas. Jika tidak, maka suatu tindakan tak mungkin terlaksana. Demikian juga halnya ketika Dami dan teman-teman selain Deva, mengusulkan akan memberikan pelajaran kepada anak-anak baru. Namun, jawaban Deva selalu bernada tidak setuju walaupun dikatakan secara halus.
“Saat kita kelas satu dulu, banyak sekali tangan-tangan kasar yang melayang kepada kita. Kini ketika kita berhak untuk melakukannya, malah tidak kita lakukan? Lagian sikap mereka itu sudah keterlaluan.” Demikianlah selalu ungkapan Dami untuk membujuk sahabatnya sambil menunjuk kepalanya yang pernah bengkak akibat abang kelas, namun usahanya masih terhalang. Sambil meneguk the manis yang tersedia, pikiran Deva selalu dibayangi oleh permohonan-permohonan teman-temannya. Apalagi setelah mengingat bahwa nanti malam terakhir kalinya pertemuan mereka untuk membicarakan hal itu.
Jam pelajaran terakhir tiba, yaitu pelajaran Bahasa Indonesia. Tetapi teman-teman bilang bahwa bapak guru tidak datang, karena kebetulan ada urusan keluarga.
“Cuti hamil kali…” ujar Toni seenak perutnya. Toni memang anak yang paling lucu di kelas. Hanya melihat wajahnya saja, orang telah terlebih dahulu terpingkal-pingkal apalagi mendengar ucapannya. Tetapi di sudut ruangan sana, Deva tidak menghiraukan lelucon apapun. Deva mencoba membuka novelnya yang akan diresensinya untuk tugas Bahasa Indonesia. Sekalipun pandangan Deva tertuju pada kumpulan kertas yang penuh misteri itu, akan tetapi, pikiran utamanya sudah melayang jauh kemasa lalunya.
Dijangkaunya putaran pita rekaman memorinya untuk melihat masa-masa lalu dengan musuh bebuyutannya, tetapi sangat disayanginya yang tak lain adalah ibu tirinya. Ketika Deva berumur 7 tahun, sang ibu tercinta dipanggil menghadap sang Ilahi. ± 8 bulan setelah kejadian itu, Deva dan kedua orang adiknya Deo dan Dirley berada di bawah asuhan seorang ibu tiri.
Orang banyak berkata bahwa seorang anak yang berada di bawah asuhan seorang ibu tiri, pada umumnya akan membenci ibu tiri tersebut akibat sikapnya yang semena-mena. Akan tetapi lain halnya dengan Deva. Walaupun selalu diperlakukan secara kasar oleh ibu tiri, namun Deva selalu bersikap ramah terhadap ibu tirinya. Sikap itu juga selalu diterapkannya kepada Deo dan Dirley. Sehingga secara bersama-sama mereka selalu mengasihi dan bersikap ramah terhadap ibu tiri mereka.
Bila dibayang-bayangkan, kehidupan Deva tak jauh berbeda dengan kehidupan yang dialami oleh Dami. Mereka sama-sama diasuh oleh tangan-tangan kasar. Akan tetapi mengapa antara prinsip Dami dan Deva jauh berbeda? Seharusnya Deva mendukung siasat teman-temannya untuk mengadakan kekerasan pada adik-adik kelas. Bahkan 1½ tahun setelah hubungan rumah tangga ayah dan ibu tirinya terjalin, ayahnya seakan telah berubah sifat. Yang dulunya bersikat lembut terhadap Deva dan adik-adiknya, tetapi kini sikatnya telah berubah. Tidak terdapat lagi unsur-unsur kelembutan dalam hati sang ayah. Sikat itu kini telah diganti dengan kekerasan kepalan tangan yang penuh dengan urat-urat otot dan tentunya pelampiasannya adalah Deva dan adik-adiknya.
Studi malam telah usai ditandai dengan dentang nyaring lonceng. Kebiasaan kelas Deva untuk mengadakan perkumpulan kelas tepat ketika studi malam berakhir. Jelas bagi kelas II IPA bahwa malam inilah terakhir kalinya pertemuan diadakan untuk membahas tentang kelakuan-kelakuan akan-anak baru ataupun adik kelasnya. Semuanya memberikan beberapa pendapat mengenai hal itu.
“Kalau aku nanti, jika siasat ini disetujui, sudah ada 3 anak yang kuincar,” demikian terdengar lagi kicauan Toni. Sudah barang tentu ketiga orang anak ini diincar Toni, sebab mereka lain daripada yang lain. Kulit mereka menyerupai kulit Negro. Hingga Toni menyebut mereka “Trio Negro.”
Deva hanya bisa mengumbar senyum setelah mendengar tawa canda temannya. Namun ketika Deva mulai merangkai kata-katanya untuk membentuk suatu kalimat semuanya dalam keadaan hening.
“Teman-temanku aku, aku bisa mengerti semua perasaan kalian. Aku dapat merasakan apa yang kalian inginkan sekarang. Selama kurang lebih 1 tahun kita berada di bawah penindasan abang-abang kita di asrama ini dan kini kita bersiasat untuk membalaa\s dendam bukan? Walaupun banyak alasan yang dapat diputarbalikan dalam hal ini, tetapi semuanya menurutku sama saja, hanya menunjukan kepada mereka bahwa kita pendendam. Situasi hidupku dengan Dami précis sama dan kita semua mengetahui hal itu. seharusnya aku mendukung ide Dami bukan? Namun kesamaan itu tidak dapat dialihkan menjadi kesamaan di prinsip kita. Maaf jika aku telah mengecewakan teman-temanku di sini. Jika kalian ingin meneruskannya, silahkan. Dengan senang hati, aku tidak akan pernah menghalanginya dan tidak berhak tentunya dalam hal itu. Tetapi beberapa hal perlu kuingatkan kepada teman-teman, apakah kita mempunyai adik? Apakah mereka akan tetap bersekolah, layaknya kita sekarang? Apakah teman-teman menyayangi mereka? Dan bagaimanakah perasaan teman-teman jika sang adik tercinta diperlakukan lebih keji dari yang pernah kita lakukan terhadap orang lain? Demikian halnya denganku saat ini. Jika aku sampai menyentuh tubuh adik-adik kelas dengan kasar, sama saja aku telah melakukannya kepada adik-adikku sendiri di sana. Jika aku melihat satu diantara adik-adik kelas kita menerima suatu konsekuensi, adik-adikku sendirilah yang menjadi sosok penerima di dalam bayanganku. Mungkin tidak semudah ini untuk menjelaskan kepada teman-teman saat ini. Bagiku cukuplah di tempat itu mereka merasakannya, aku tidak ingin melihat mereka mendapat yang lebih dari itu di tempat lain.”
Setelah mendengar penjelasan Deva, teman-teman banyak yang keberatan dengan segala unek-unek, terutama Anwar dan Toni. Toni yang selalu melucu kini sungguh serius menanggapi ujaran Deva. Anwar merupakan salah satu dari mereka yang mempunyai tubuh besar dan tinggi, sehingga teman-teman sering memanggilnya dengan julukan “Bomber.” Selama menjalani tahun pertama di sekolah ini, dapat dikatakan Anwar-lah yang paling sering menerima hukuman yang sungguh keji.
“Maaf, bagiku itu semua sama. Mau dibilang pendendam, pengecut atau apapun itu, tidak masalah bagiku. Bagiku sekali berniat, harus dijalankan. Tidak mungkin menyiakan donor darah yang telah kusumbangkan kepada abang-abang kelas selama ini.”
Demikian ujaran Anwar setelah mendengar penjelasan Deva. Memang benar apa yang dikatakan Anwar. Setiap hukuman yang ia terima dulu selalu diikuti aliran darah, sehingga kini Anwar sangat bersungguh-sungguh untuk membalaskan dendamnya.
“Sorry Dev, saya rasa ini menyangkut harga diri. Adik-adik kelas akan semakin meraja rela karena kita dianggap telah bertekuk lutut pada mereka.” Toni berujar demikian dengan serius.
“Teman-teman, aku menganggap dan menyimpulkan hal ini menyangkut perasaan kita. Ada tidaknya perasaan di dalam diri kita di situ jugalah ketergantungan hal ini, tanpa mempersalahkan pendapat Toni. Dan bagi Anwar, sekali lagi, aku tidak punya hak untuk menghalangi niat Anda. Namun aku minta maaf jika aku sendiri tidak bergabung ataupun mengecewakan teman-temanku dalam hal ini.”
Kalimat terakhir dalam penjelasan Deva, membawanya hingga ke peraduan malam terang. Di satu bintang yang ditatapnya ia berseru akan hadirnya perasaan kasih dan sayang diantara sesamanya.
Marsonang Daud Situmorang
Probatorium C 2007-2008
MAJALAH ONLINE SURAT SMCS (EDISI AGUSTUS 2024)
Link Majalah Surat Seminari: MAJALAH ONLINE SURAT SMCS (EDISI AGUSTUS 2024)
-
Salam sejahtera bagi kita semuanya. Salam Sehat 🙏 Bapak/Ibu serta calon seminaris yang kami hormati. Berikut ini kami umumkan daftar pese...
-
Salam sejahtera bagi kita semuanya. Salam Sehat 🙏 Bapak/Ibu serta calon seminaris yang kami hormati. Berikut ini kami umumkan daftar pesert...
-
NOMOR NAMA PAROKI KET URUT TEST 1 A-001 Marcelino Simamora Tebing Tinggi Lulu...