Sabtu, 09 Juni 2007

Kekerasan dalam Dunia Pendidikan

OPINI


Baru-baru ini negeri kita digemparkan oleh kejadian yang mencoreng nama bangsa kita. Seorang praja dari salah satu institusi pemerintah yakni IPDN, meninggal dunia. Penyebabnya adalah tindak kekerasan dari seniornya. Nyawa seakan tak berharga di lingkungan institusi ini karena peristiwa ini bukan untuk pertama kalinya. Moralitas anak muda sekarang perlu dipertanyakan. Hal ini membuat bangsa kita meragukan kinerja lembaga pendidikan.


Apakah kekerasan pantas dilakukan di dunia pendidikan? Lalu apa sebenarnya penyebab adanya tindak kekerasan di lembaga pendidikan? Dendam, martabat, kedudukan, prestise kerap kali menadi alasan terjadinya tindak kekerasan di lingkungan pendidikan. Senior bukan lagi seorang kakak yang mendampingi adiknya,melainkan sebagai momok yang menakutkan. Tidak hanya mereka (siswa IPDN) yang pernah mengalami kekerasan. Siswa dari banyak sekolah lainnya juga pernah mengalami hal yang sama. Program MOS seringkali dimanfaatkan oleh para senior untuk menindas para siswa baru. Kesempatan ini digunakan untuk melampiaskan dendam masa lalunya. Paradigma yang salah ini menjadi alasan klasik para siswa senior untuk menindas para siswa baru. Padahal tujuan diselenggarakannya program ini adalah untuk pembimbingan para siswa. Pengalaman ini menyadarkan universitas-universitas maupun lembaga pendidikan lainnya. Bahkan banyak lembaga pendidikan menghapuskan program ini sebagai tindakan pencegahan.


Meskipun demikian, kekerasan ini masih saja terjadi di lingkungan pendidikan. Padahal lembaga pendidikan sebagai wadah untuk mengayomi para siswa, bukan untuk menindas para siswa. Kekerasan bukanlah suatu metode untuk mendidik siswa sebab kekerasan dapat merugikan banyak hal. Kekerasan tak hanya mengganggu organ fisik. Psikologis para siswa juga akan terganggu oleh adanya kekerasan. Kekerasan menekan psikis siswa sehingga perkembangan pendidikannya akan lambat. Tambahan pula siswa yang menerima kekerasan akan menyimpan setiap kejadian yang dialaminya di dalam memorinya. Sehingga kekerasan akan terus berlanjut seperti mata rantai yang tak pernah putus. Lebih parah lagi apabila kekerasan itu sudah mendarah daging atau sudah menjadi tradisi sehingga kekerasan tidak lagi dianggap tabu. Tradisi akan terus berlanjut apabila tidak ada tindakan yang tegas.


Oleh karena itu, setiap lembaga pendidikan memerlukan suatu metode yang dapat mendapat membangun moral para siswa, salah satunya adalah dengan menanamkan rasa persaudaraan. Dengan adanya rasa persaudaraan siswa akan menghargai orang lain terutama adik-adiknya. Situasi seperti ini akan menciptakan rasa aman sehingga perkembangan yang pesat akan tercipta. Para penyelenggara pendidikan pun harus tegas dalam menangani setiap tindakan kekerasan. Para penyelenggara tidak boleh menutupi tindakan kekerasan yang terjadi, karena hal ini akan membuka ruang untuk terjadinya tindak kekerasan lebih lanjut.


Ingatlah bahwa nyawa itu adalah anugrah Tuhan dan kita semua adalah saudara. Setiap orang harus berperan aktif untuk tidak menciptakan kekerasan, terutama di dunia pendidikan. Semoga!


 



Oleh: Ganda Putra Rajagukguk, Syntaxis-IPS 2006/2007

1 komentar:

  1. tulisannya dah bagus. ku kira tu dah cukup sebagai opini. tulisan yang jelas dan bahasa yang ringan membuat org yang baca cukup ngerti maksudnya kayak aku. tapi solusi yang masih global yang kamu ungkapkan kelihatannya suli tuk di aplikasikan. mungkin untuk aku butuh sesuatu yang riil dalam hal ini, soalny dunia pendidikan adalah hal yang penting bagi generasi oenerus bangsa seprti saya. OK kamu bagus tidak seperti aku yang tak berani nuli di media manapun, beri masukan dong

    BalasHapus

PENGUMUMAN HASIL TESTING MASUK SEMINARI MENENGAH CHRISTUS SACERDOS PEMATANGSIANTAR TAHUN 2024

Salam sejahtera bagi kita semuanya. Salam Sehat 🙏 Bapak/Ibu serta calon seminaris yang kami hormati. Berikut ini kami umumkan daftar pesert...